BAB 1
I.
1. LATAR BELAKANG
Sistem propulsi atau penggerak merupakan sistem yang
sangat berperan dalam kemampuan gerak suatu kapal. Awal sejarah perkembangan
tentang alat gerak kapal telah
dimulai pada kisaran 287 – 212 SM yang mana seorang Archimedes
menemukan piranti untuk memindahkan air dari danau ke saluran irigasi pertanian
Syiracuse di Sicily. Alat ini kemudian dikenal dengan sebutan “Archimedean
Screw Pumps”, [1]
hingga penggerak-penggerak kapal jenis pod
yang baru diperkenalkan pada industri perkapalan akhir-akhir ini sesungguhnya
berasal dari konsep pendorong jenis azimuth
(azimuthing thruster) yang telah mulai digunakan secara umum sejak
1878. [2] Sejak penggunaan
pertama kali sampai dengan sekarang, baling-baling sebagai alat penggerak kapal
berkembang secara tahap demi tahap. Walaupun demikian saat ini baling-baling
merupakan alat penggerak kapal mekanis yang paling banyak digunakan untuk
kapal-kapal dari segala ukuran dan jenisnya. [3]
Pada kasus-kasus tertentu
seperti pada kapal-kapal pemecah es (icebreakers) dan scientific
ships, dibutuhkan alat penggerak yang mampu memberikan performance
yang lebih, sehingga diperkenalkanlah sistem-sistem penggerak kapal jenis pod
(azimuth podded propulsor) yang juga merupakan propulsi jenis
elektrik. [4] Namun
demikian, kebutuhan untuk penggerak-penggerak jenis pod yang lebih besar lagi terjadi sangat cepat selama pertengahan
tahun-tahun 1990-an dengan unit-unit atau satuan-satuan yang dayanya makin
meningkat dari hanya beberapa megawatt sampai lebih dari 20 megawatt seperti
yang ada saat ini. Jenis penggerak-penggerak kapal ini pada awal-awal tahun
penggunaannya hanya diterapkan terutama pada kapal-kapal pemecah es (icebreakers) dan kemudian pada
kapal-kapal pesiar yang besar-besar (cruisers),
tetapi saat ini telah digunakan juga
pada kapal-kapal penyeberangan penumpang/kendaraan jenis roro (ropax ferries), kapal-kapal tanker,
kapal-kapal pemasang kabel laut (cable
layers), kapal-kapal perang dan kapal-kapal riset. Perkembangan yang sangat
cepat ini terpicu oleh pernyataan-pernyataan para penggunanya mengenai daya
guna penggerak serta kemampuan olah gerak kapal yang telah nyata-nyata terbukti
menjadi lebih baik. [2]
KMP. Sultan Murhum merupakan salah satu jenis kapal ferry
yang beberapa waktu lalu direparasi di PT. IKI (Industri Kapal Indonesia)
Makassar. Masalah yang terjadi pada KMP. Sultan Murhum yaitu ketidaksesuaian
antara luas daun kemudi dengan kemampuan menuvering yang telah ditetapkan,
sehingga pada saat kapal melakukan maneuvering
badan kapal akan berputar dan diameter turning
circle yang dihasilkan terlalu besar. Kerugian yang dapat terjadi bila
keadaan ini tetap dipertahankan, yaitu badan kapal akan mengalami kemiringan,
dan bisa mengakibatkan tenggelamnya kapal.
Pada penelitian
sebelumnya, luas daun kemudi sangat berpengaruh pada kinerja maneuvering KMP.Sultan
Murhum. Dari data hasil pengujian diperoleh luas daun kemudi hasil perhitungan
(AR = 0,897 m2), performa maneuver yang dihasilkan lebih baik
dibandingkan dengan luas daun kemudi yang lain (AR = 0,816 m2 dan AR
= 1,04 m2). Selain itu kondisi sarat kapal juga berpengaruh terhadap
kinerja luas daun kemudi terhadap maneuvering kapal. Dari data hasil pengujian menunjukkan
bahwa pada dengan kondisi sarat yang lain. [11]
Strategi pengendalian maneuver merupakan hal yang sangat
penting dalam sistem navigasi kapal untuk pencapaian target yang telah
ditentukan. Dengan adanya kenyataan di atas, maka pada penelitian ini
difokuskan pada “Penggunaan Azimuth Podded terhadap Kemampuan Maneuver Kapal”. Penelitian ini akan
membandingkan pengaruh jenis propulsi azimuth
podded dan propulsi sistem konvensional, khususnya dalam maneuvering kapal.
I.
2. PERMASALAHAN
Kemampuan Maneuver
kapal sangat diperlukan pada saat beroperasi diperairan terutama disaat masuk
dan keluar pelabuhan/dermaga. Kemampuan maneuver kapal ini ditentukan
oleh performance daun kemudi,kondisi
laut dan bentuk kapal itu sendiri. KMP Sultan Murhum suatu jenis kapal Ferry
yang telah beroperasi beberapa waktu yang lalu memperlihatkan hasil maneuvering
yang tidak optimal terutama dalam kondisi laut
yang bergelombang .Hal ini berdampak terhadap durasi dan
waktu operasional kapal bertambah dan akan berdampak biaya operasional akan
bertambah ( operation cost of ships).Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan
sentuhan teknologi ( technology toushed) yang berkaitan dengan maneuvering kapal tsb. Dari referensi
literature yang ada dan aplikasi
teknologi terhadap penggunaan Azimuth Podded propeler terhadap berbagai jenis/type menunjukkan bahwa performance
Maneuvering kapal lebih effektip
dan optimal bila menggunakan alat
tsb,karena disamping berfungsi sebagai
alat penggerak kapal juga untuk maneuvering kapal.
1 .3.BATASAN MASALAH
Ruang
lingkup penelitian ini lebih fokus
pada maneuvering kapal, yang meliputi ;
aJenis propeller
yang digunakan sebagai pembanding adalah , type propeller
konvensional .
b.Kemampuan maneuvering yang dianalisa adalah, Turning circle dan Zig-zag
maneuver
1.4.TUJUAN
Langkah utama
penelitian ini bertujuan sebagai
berikut ;
a.Untuk mengetahui kemampuan maneuver kapal bila menggunakan jenis pro-
pulsor Azimuth podded
b. Dapat mengetahui perbedaan esensial yang mendasar antara jenis propul-
sor Azimuth podded dengan
jenis propulsor konvensional
I. 5.
MANFAAT
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah ;
a)
Memberikan pemahaman atau pengetahuan
baru terkait jenis propulsor yakni azimuth
podded.
b)
Menambah pengetahuan mengenai pengaruh
jenis propulsor terhadap kemampuan maneuver
kapal.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Standar
Maneuverability
Dalam maneuvering sebuah kapal,
prosedur yang digunakan mengacu kepada peraturan standar kemampuan maneuver kapal yang direkomendasikan
oleh International Maritime Organization
(IMO) yakni resolusi MSC.137 (76) annex.6 tertanggal 4 Desember 2002 dan mulai
diterapkan sejak tanggal 1 Januari 2004, yang mana resolusi ini merupakan amandemen
terhadap resolusi sebelumnya yakni A.751 (18) mengenai standar kemampuan maneuver kapal.
Mengacu kepada penjelasan resolusi tersebut di atas, sebagaimana yang
telah direkomendasikan oleh International
Maritime Organization (IMO), aturan standar yang dimaksud disini didasarkan atas pengertian bahwa kemampuan maneuver kapal dapat dievaluasi berdasarkan
karakteristik dari pengujian maneuver
seperti biasanya atau secara konvensional, dimana kapal yang dimaksud adalah
kapal yang memiliki panjang 100 meter atau lebih (kecuali tanker dan gas carrier)
dengan menggunakan sistem propulsi dan sistem kemudi (steering) konvensional yakni gaya dorong kapal dihasilkan oleh
propeller yang digerakan oleh poros propeller. Standar maneuver dan terminologinya didefinisikan sebagai berikut :
a. Zig zag
maneuver dengan sudut kemudi 10 derajat/10 derajat dilaksanakan
dengan prosedur sebagai berikut :
dengan prosedur sebagai berikut :
·
Setelah tercapai steady approach dengan percepatan yawing sama dengan nol, maka kemudi dibelokan sebesar 10 derajat ke
arah starboard atau portside (eksekusi pertama).
·
Pada saat sudut heading berubah 10 derajat dari sudut heading semula, maka kemudi dibelokan berlawanan atau dibalik 10
derajat ke arah portside atau starboard (eksekusi kedua).
·
Setelah kemudi dibelokan ke arah portside/starboard, maka kapal akan terus berbelok
pada arah semula dengan mengalami penurunan kecepatan belok. Untuk mengetahui
respon kapal terhadap kemudi maka selanjutnya kapal harus dibelokan ke arah portside/starboard. Ketika kapal sudah
mencapai sudut heading 10 derajat ke
arah portside/starboard dari lintasan
semula maka selanjutnya kemudi dilawan atau diarahkan sebaliknya yakni 10
derajat ke arah starboard/portside
(eksekusi ketiga).
b. Sudut overshoot
pertama adalah penambahan dari deviasi sudut heading pada zig -zag maneuver pada eksekusi kedua.
c. Sudut
overshoot kedua adalah penambahan
dari deviasi sudut heading pada zig-
zag maneuver pada eksekusi ketiga.
d. Zig-zag maneuver dengan sudut kemudi 20
derajat/20 derajat dilaksanakan
dengan prosedur yang sama dengan urutan prosedur no.3 sampai dengan no.5.
dengan prosedur yang sama dengan urutan prosedur no.3 sampai dengan no.5.
Dalam menganalisa maneuver
performance kapal maka pengujian maneuver
baik ke arah portside maupun starboard harus dilaksanakan dengan
kondisi sebagai berikut:
·
Pengujian dilakukan pada perairan dalam (deep water) atau perairan tak terbatas (unrestricted
water).
·
Kondisi perairan atau linkungan yang tenang (calm environment).
·
Kondisi sarat penuh (sesuai dengan garis air pada
musim panas), even keel.
·
Steady
approach pada saat speed test.
IMO telah merekomendasikan beberapa kriteria standar untuk manuverabilitas
kapal. Kriteria tersebut harus dipenuhi oleh sebuah kapal saat beroperasi baik
di perairan yang dalam (deep water)
maupun di perairan terbatas atau beroperasi di sekitar pelabuhan atau di
perairan yang dangkal (restricted and
shallow water).
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel
berikut :
Tabel 1. Standar
Manuverabilitas Kapal oleh IMO (Resolusi MSC 137 (76) 2002)
Ability
|
Test
|
Criteria
|
Turning ability
|
Turning test with
max. Rudder Angle (35 deg.)
|
Advance <4,5 L
Tactical Diameter
<5,0 L
|
Initial
turning ability
|
100 / 100
Z-test
|
Distance ship run
before 2nd rudder execution < 2,5 L
|
Stopping
ability
|
Stopping test with
full astern
|
Track reach < 15 L
|
Course-keeping
and yaw-checking ability
|
100 / 100
Z-test
|
1st
Overshoot
<100 (L/U<10
<(5+0,5 (L/U))0
(10s<L/U<30s)
<200 (30s<L/U)
|
2nd Overshoot
<250 (L/U<10s)
<(17,5+0,75(L/U))0
(10s<L/U<30s)
<400 (30s<L/U)
|
Manuver yang digunakan
dalam percobaan di laut mengikuti rekomendasi dari maneuvering trial code of ITTC (1975) and the Imo circular MSC 389 (1985). IMO juga menentukan penampilan dari beberapa hasil pada
poster, bucklet dan maneuvering bucklet pada IMO resolution
A.601 (15)(1987).
Standar pengujian yang diperlukan dalam manuver kapal
disyaratkan dalam IMO Resolusi MSC 137 (76) (2002) antara lain:
Turning
Cycle Test.
Turning cycle test, mulai dari gerak lurus dengan laju konstan, rudder dihidupkan dengan kecepatan
maksimum ke sudut δ (sudut kemudi maksimum) dan tetap pada sudut tersebut, sampai kapal telah
melakukan turning cycle paling kurang
540o. percobaan dilakukan untuk bagian port dan starboard.
Informasi penting yang diperoleh dari manuver tersebut umumnya dengan
menggunakan GPS yang terdiri atas (Gambar 1):
Beberapa parameter yang digunakan untuk mendefenisikan
kinerja kapal pada saat berputar adalah:
·
Drift angel (sudut drift), adalah sudut antara haluan kapal dan arah gerakan. Sudut
tersebut bervariasi sepanjang kapal.
·
Advance,
merupakan jarak dari pelaksanaan awal ke sumbu x pada kapal ketika telah
berbelok 90◦.
·
The transfer, merupakan jarak dari jalur ke awal mula kapal ketika sumbu x pada kapal
telah berbelok 90◦.
·
The tactical diameter, merupakan jarak dari jalur awal ke sumbu x pada kapal
ketika kapal telah berbelok 180◦.
·
The
diameter of the steady turning circle, diameter dari
lingkaran yang terus-menerus berputar. Kondisi tetap biasanya dihubungkan pada beberapa titik antara perubhan 90o
dan 180o dari perubahan pos.
Nilai-nilai khas adalah tactical diameter dari 4,5-7 L untuk yang ramping, 2,4-4 untuk kapal pendek dan kapal yang
penuh. Menentukan rasio yang ramping L/3√Ñ, dimana Ñ adalah volume
displacement.
Turning cycle manuver harus dilakukan pada kedua bagian sisi kapal
dengan 30o atau sudut maksimum kemudi yang diperbolehkan pada tes
kecepatan. Informasi penting yang akan diperoleh dari manuver
ini adalah tactical diameter, advance, and transfer.
Zig-zag Manuver Test
Beberapa pengukuran
penting dari Zig-zag Maneuver ini antara lain:
·
Overshoot
angle adalah jumlah dari pertambahan heading setelah kemudi
berbalik. Sudut yang besar
akan membuat juru mudi mengalami kesulitan dalam memutuskan kapan akan
menggunakan kemudi untuk memeriksa putaran. Sudut tersebut tidak bergantung
pada panjang kapal.
·
Waktu untuk membalikkan kemudi pertama
dan perubahan maksimal heading
pertama. Waktu akan proporsional terhadap panjang.
·
Sudut
overshoot yang tetap dan periode
berputar sekali dalam kondisi stabil dapat tercapai.
Sebuah
tes zig-zag harus dimulai untuk kedua bagian star board dan port dan
dengan menerapkan sudut kemudi.
Dua
jenis tes zig-zag standar, yaitu 10o/10o dan 20o/20o.
Tes zig-zag 10o/10o menggunakan sudut kemudi 10o
pada kedua sisi dengan heading 10o.
Sedangkan tes zig-zag 20o/20o menggunakan sudut
kemudi 20o pada heading 20o.
Informasi
penting yang akan diperolah dari tes ini adalah sudut over shoot, waktu perubahan awal ke execute kedua dan waktu untuk memeriksa yaw.
2. Sistem
Azimuth Podded
Pod propulsion unit adalah
sejenis azimuth tipe thruster yang secara langsung digerakkan
oleh sebuah motor elektrik yang terpasang pada unit pod. Komponen utama dari sistem tersebut yaitu pod unit, steering unit,
motor dan unit penggerak elektrik. Pod
dihasilkan oleh European major electric
manufacturer seperti ABB, Alstrom dan Semens. Di Jepang, prototipe dari unit yang asli
telah dikembangkan pada proyek Super Eco
Ship yang disponsori oleh Pemerintah Jepang. [5] Pod propulsion
unit telah digunakan pada sebagian besar kapal-kapal pesiar sehingga mampu
membuat keistimewaan yang baik termasuk kemampuan steering yang baik, pengurangan getaran dan kebisingan, serta
fleksibilitas layout mesin di dalam
kapal.[6]
Pod Propeller merupakan sebuah
unit penggerak sistem propulsi elektrik yang digerakkan oleh motor elektrik pada pod
yang menggunakan tenaga elektrik dari power
generation plant. Pada sisi lain, baling-baling utama yaitu unit penggerak
mekanikal,
|
|
|
|
|
|
secara langsung
digerakkan oleh dua set mesin diesel kecepatan medium dengan cara mengurangi
gigi persneling dengan kopling dan poros antara. Selama percepatan, pod unit
memiliki torsi yang cukup bahkan pada kecepatan rendah dengan keutamaan motor
elektrik dan mudah dalam mempercepatnya ke kecepatan tinggi. Pada mode maneuvering, operator dapat memilih
kombinasi yang baik pada variasi lebar atau luas baling-baling utama dan
keseimbangan daya pod baling-baling.[6]
|
|
Penggunaan propulsi motor listrik
mulai dari 5 sampai dengan 25 MWatt, menggantikan penggunaan propeller dengan
poros dan rudder konvensional. Teknologi pod memungkinkan untuk menempatkan propeller pada daerah aliran air yang optimal (hydro-dynamically
optimised). Pod propeller diadopsi dari Azimuth Propeller, dengan
menempatkan electro-motor di dalam pod
diluar dari badan kapal. [3]
Ada tiga topik utama dalam podded
propulsion yaitu fixed pod, azimuth pod [7], dan Contra
Rotating Propeller.
Pod
unit
terhubung dengan lambung kapal melalui sebuah penopang dan slewing bearing assembly. Pemasangan ini membolehkan pod unit untuk berotasi dan demikian
juga dengan daya dorong yang dikembangkan oleh propeller dapat diatur kemanapun juga pada horizon di sebuah kompas
360°. Susunan podded propeller
menghilangkan syarat untuk kemudi dan tambahan seperti shaft brackets. Susunan ini berakibat pada drag tambahan yang lebih rendah. Poros yang lebih pendek dapat
membantu mengurangi kebisingan dan getaran. Sistem podded propulsion juga menghasilkan maneuverability yang lebih baik daripada propeller konvensional, khususnya dalam water operation. Gambar (3) menunjukkan perbandingan antara susunan
sistem propulsi propeller-rudder
konvensional dan sistem podded propulsion.
Motor listrik sebagai propulsor kapal merupakan penemuan
mutakhir dan mulai populer akhir-akhir ini di bidang perkapalan khususnya pada
motor penggerak kapal, dengan menjanjikan keuntungan dan efisiensi sistem yang
lebih baik, motor listrik secara perlahan mulai menggantikan sistem propulsor
lain. Salah satu konfigurasi propulsor dengan motor listrik berupa “Azimuthing
Podded Drive” atau disingkat Azipod
dimana motor listrik berada di dalam pod (tempat berbentuk silinder)
yang terletak di luar lambung kapal dan strut yang menghubungkan pod dengan
lambung kapal. Selain memiliki rasio berat daya yang rendah, Azipod memberikan keuntungan terhadap
olah gerak kapal yaitu mampu berotasi 3600 pada sumbu vertikal serta
torsi-kecepatan putar yang sangat fleksibel dan mudah dikontrol.[10]
Dalam
menentukan koreksi drag pada pod digunakan persamaan berikut:
ΔRPOD
= ΔRBODY +Δ RSTRUT + ΔRINT + ΔRLIFT ………………(1)
dimana,
RBODY, RSTRUT, RINT dan RLIFT
adalah komponen tahanan yang berkaitan dengan pod body, penopang pod, body-strut interface, dan efek daya
angkat untuk mengaduk gerak aliran propeller secara berturut-turut.
Untuk
menghitung masing-masing komponen tahanan, digunakan rumus:
a.
RBODY
dimana,
S = luas bidang basah pod body (m2)
L = panjang pod (m)
D = diameter pod (m)
Cf = koefisien tahanan gesek
ρ = massa
jenis air laut (kg/m3)
V =
kecepatan kapal (m/s2)
b.
RSTRUT
dimana,
δs adalah
ratio ketebakan rata-rata dari strut
dan S adalah luang bidang basah strut.
c.
RINT
dimana,
troot adalah ketebalan
maksimum pada strut root and Croot adalah panjang
penghubung pada setiap bagian. CROUND adalah faktor koreksi untuk
berbagai fairing dan nilainya berkisar dari 0,6 sampai 1,0.
Data
Performance
Characteristics
Reduction
Equation
J
–
propeller advance coefficient V
A / n D
KT
–
propeller thrust coefficient T
/ ρn2D4
10KQ
– propeller torque coefficient 10Q/ρn2D5
KFX
–
unit thrust coefficient,
or
Longitudinal force coefficient, F
X / ρn2D4
KFY
–
transverse force coefficient F
Y / ρn2D4
KFZ–
vertical force coefficient F
Z / ρn2D4
KMX–
moment coefficient around x axis M
X / ρn2D5
KMY–
moment coefficient around y axis M
Y / ρn2D5
KMZ–
moment coefficient around z axis (steering moment) M Z / ρn2D5
ρ
– water density
VA
-
propeller advance speed, in the direction of carriage motion
D
–
propeller diameter
n
–
propeller rotational speed
T
–
propeller thrust
F
X, Y, Z - components
of the hydrodynamic force on the pod
Q
–
propeller torque
M
X, Y, Z - components
of the hydrodynamic moment on the pod
|
Untuk
mengetahui koefisien performance dari
podded propulsor unit, dapat dilihat
pada tabel.2 di bawah ini :
Tabel 3. Karakteristik umum maneuvering feasibility dari studi kasus
double ended passenger ferry rute
Karakoy-Kadikoy [12]
(A: Baik, B: Rata-rata, C: Buruk)
|
Propulsion
/ Manoeuvering System
|
|||
|
Propeller
Konvensional dan Kemudi (2x2)
|
Propeller
& High Lift Rudder
(2x1)
|
Propeller
Cycloidal
(2x1)
|
Z-Drive
(2x2)
|
Karakoy
arrival & departure
|
B
|
A
|
A
|
A
|
Station
Keeping in Bosphorus
|
C
|
B
|
A
|
B
|
Crash
Stopping
|
B
|
B
|
A
|
A
|
Acceleration
|
A
|
A
|
B
|
B
|
Break
down of Forward Unit
|
A
|
B
|
B
|
A
|
Directional
Stability
|
A
|
A
|
C
|
C
|
Turning
Radius
|
C
|
B
|
A
|
B
|
3. Persamaan Matematika
Dalam menganalisis maneuver
kapal melalui simulasi komputer, pemodelan matematika adalah penting untuk
dikembangkan. Pada penelitian ini model matematika dikembangkan berdasarkan
persamaan gerak kapal (3 derajat kebebasan), yaitu gerak surge, sway, dan yaw.
Menurut Ogawa dan Kansai (1987), persamaan matematika
untuk analisis maneuver melalui
simulasi komputer dikembangkan berdasarkan konsep MMG (Mathematical Modelling Group), persamaan matematika tersebut
meliputi pengujian persamaan terpisah komponen lambung, propeller, dan kemudi serta
komponen interaksi antara ketiganya (lambung-propeller-kemudi).
METODOLOGI
1. Lokasi dan Waktu Penelitian.
Adapun tempat dan waktu penelitian
dilakukan sebagai berikut :
1. Lokasi
Penelitian
Penelitian dilakukan pada kapal KMP.
SULTAN MURHUM yang beberapa waktu yang lalu direparasi di PT. IKI Makassar.
2. Waktu
Penelitian
Penelitian dilaksanakan ± 1 bulan.
2.
Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis
data yang diperoleh dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu :
a. Data
primer / langsung, yaitu data yang diperoleh melalui hasil wawancara / interview dengan orang-orang yang
berperan dalam pengolahan objek penelitian.
b. Data
sekunder / tidak langsung, yaitu data yang diperoleh melalui bahan-bahan
tertulis dari sumber data, atau informasi lainnya yang erat kaitannya dengan
penelitian.
2. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengambilan
data yang dilakukan,yaitu :
a. Studi
Literatur
Mengutip beberapa
tulisan, artikel, atau beberapa literatur lainnya yang dikeluarkan oleh
instansi atau individu yang terkait dengan penelitian ini.
b. Simulasi
Penelitian dilakukan dengan
melakukan simulasi perhitungan dan gerak kapal menggunakan Matlab untuk
mengetahui analisa kemampuan maneuver
kapal yang diteliti.
No comments:
Post a Comment