Wednesday, January 15, 2014

CARA PENGGUNAAN PEMOTONGAN DENGAN NYALA OKSIASETILEN

PEMOTONGAN  DENGAN  NYALA  OKSIASETILEN      

                 Di sekitar ujung selang tabung utama yang dialiri oksigen murni, terdapat beberapa lubang-lubang kecil (orifices) yang dimaksudkan untuk saluran nyala pemanas mula, sebelum pemotongan dimulai.
Prinsip dasar pemotongan dengan nyala adalah: memanfaatkan sifat afinitas (bercampurnya) oksigen dengan besi dan baja. Pada suhu relatif rendah, reaksi afinitas ini berlangsung lambat, tetapi dengan meningkatnya suhu, maka reaksi berlangsung cepat dan terbentuk oksida, sehingga pada temperatur tertentu (baja memijar), terbentuklah: oksida besi.
Sebagai contoh; diperlukan sekitar 0,00225 oksigen untuk meng-oksidasi 1 besi. Nyala oksiasetilen ini dapat memotong benda dengan ketebalan = 760 mm.
Jalan nya proses (lihat gambar ilustrasi):
  1. Model atau pola terbuat, biasanya terbuat dari logam yang keras
  2. Alat pencacah mengatur pergerakan nyala yang di sesuaikan dengan alur dari pola
  3. Pada mesin konvensional, digunakan tangan untuk menggerakan alat pencacah
  4. Untuk mesin-mesin yang lebih canggih, bisa menggunakan “mata elektrik” yang dapat meng-indera garis-garis gambar (pola) yang dimaksud, sehingga dalam hal ini pola dari logam tidak diperlukan lagi.
  5. Untuk mesin yang lebih maju, dapat menggunakan CNC-machine.
Hampir semua jenis logam dapat dipotong dengan nyala ini, tetapi agak sulit untuk: besi cor, paduan bukan besi dan paduan dengan % Mn yang tinggi.

Catatan:
Untuk aplikasi dibawah permukaan air, maka alat nya harus dilengkapi oleh 3 (tiga) buah selang, yang penggunaan nya sebagai berikut:
- satu selang untuk gas pemanas mula (biasanya hidrogen, asetilen  kurang aman)
- satu selang untuk saluran Oksigen
- satu selang untuk udara bertekanan
             Udara bertekanan dimaksudkan untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara di sekitar ujung nyala pemotong, sehingga nyala tersebut bisa stabil dan air tidak membasahi ujung nyala.

14.7. LAS  RESISTENSI  LISTRIK                                                                     
                 Las resistensi listri atau disebut juga las tahanan listrik, biasanya digunakan untuk lembaran-lembaran yang relatif tipis, namun agak sulit untu bahan-bahan yang terbuat dari: timah putih, seng dan timbal.
Arus yang cukup besar dialirkan melalui logam induk, sehingga menimbulkan panas pada benda kerja yang akan disambung dan dibawah pengaruh tekanan, terbentuklah sambungan las.        
Alat transformator pada mesin las ini, berfungsi untuk merubah tegangan arus bolak-balik (AC) dari 110 V/220V menjadi (4 s/d 12) Volt dan arus nya menjadi cukup besar sehingga dapat menghasilkan panas yang diperlukan. Besar nya arus yang diperlukan pada daerah sambungan berkisar antara (50 s/d 60) untuk selama 10 detik dan tekanan yang diperlukan antara: (30 s/d 55)MPa.
Pada pengelasan resistensi listrik, ada 3-variabel penting yang perlu diperhatikan:
- Arus listrik pengelasan;
- Tahanan listrik;                               Jumlah panas =
- Waktu; t
Besar nya arus pengelasan, dibatasi oleh kemampuan transformator, dimana arus sekunder nya di atur dengan cara mengendalikan jumlah lilitan   kumparan primer nya.
       
Keterangan:
  1. Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik, maka ke-3 (tiga) variabel diatas, perlu diperhatikan dan ditentukan dengan cermat
  2. Waktu pengaliran (“waktu tenggang”) arus listrik, harus lah ada, yaitu saat sambungan las mulai terbentuk. Bila sambungan las sudah terbentuk, arus listrik dihentikan, namun tekanan tetap ada, sampai sambungan las menjadi dingin. Hal ini dimaksudkan agar tidak timbul nyala/busur di antara elektroda dan sambungan
  3. Gaya tekan yang diperlukan, dapat dilakukan secara manual maupun otomatis.

Ada 6 (enam) macam/jenis/tipe pengelasan resistensi listrik, yakni:
  1. Las Titik
  2. Las Proyeksi
  3. Las Kampuh
  4. Las Tumpul
e.   Las Nyala  
f.   Las Perkusi.

LAS  TITIK                                                                                 
                 Las titik digunakan untuk melas dua atau lebih lembaran logam yang dijepit diantara elektroda logam. Proses pengelasan mulai terjadi pada saat elektroda bersinggungan dengan logam dibawah pengaruh tekanan sebelum arus listrik dialirkan (periode ini disebut: “waktu tekan”). Setela waktu tekan selesai, arus listrik mengalir dengan voltase rendah, sehingga logam induk yang bersinggungan menjadi panas, hingga mencapai suhu pengelasan. Setelah logam-logam induk menyatu, arus listrik dihentikan, namun tekanan tetap ada (periode ini disebut: “waktu tenggang”).
Syarat las listrik yang baik adalah permukaan logam induk harus bebas dari karat dan kotoran (karat dan kotoran dapat meningkatkan nilai tekanan permukaan dan menimbulkan panas lokal yang berlebihan).
Bila terjadi panas lokal yang berlebihan, maka pada daerah tersebut, bukan pengelasan yang terjadi seperti yang diharapkan, tetapi “pengecoran”, karena logam induk nya bisa mencair pada temperatur tertentu (suhu titik didih logam induk).
                   Las titik merupakan salah satu jenis las resistensi listrik yang paling sederhana, namun demikian bila digunakan untuk pengelasan lembaran baja biasa, akan memberikan hasil yang cukup memuaskan, asalkan permukaan lembaran baja yang akan dilas  bersih dan bebas dari kotoran lain nya.

Pada pengelasan titik ini, akan ada timbul panas di 5 (lima) daerah, seperti yang di jelaskan pada halaman berikut ini.

No comments:

Post a Comment